
Pada larik-larik tayangan sebelumnya, suasana baru di rumah Mbok Bi’ah, orang Jawa, pembantu keluarganya. Kelanjutanya di rumah Pak De, di tayangan berikut. Baca juga: Mee, Namaku (12)
Bagian 2
Perempuan Tiada Guna
13
aku memberanikan diri
sebelum sore mengganti hari
bilang kepada Pak De
menitipkan hidupku pada Pak De
sampai aku nanti jadi gede
Baca juga: Tato Kecoak di Punggung Telapak Tangan
Pak De kakak Mama
mengapa berbeda?
Pak De tidak menganggapku
anak yang tidak berguna
apakah Pak De mengingkari ajaran leluhur?
tradisi nenek moyang yang jadi budaya?
Pak De berpesan agar aku hati-hati
ketika diajak ke rumah Mbok Bi’ah
apa karena orang pribumi?
tidak! karena kami semua sama
cukup sebagai pesan untuk menjaga diri
agar selamat sampai di rumah
Mbok Bi’ah bekerja di keluarga ini
jauh sebelum negeri ini Merdeka
jadi, aku tak mengerti
mengapa Pak De berbeda
dengan Papa, dengan Mama
di rumah Pak De aku bermain leluasa
bersama kakak-kakak bersaudara
bermain di halaman
bermain pasaran
kakak menjadi penjual
aku menjadi pembeli
kakak yang mengumpulkan modal
aku datang membawa uang setali
daun-daun, pecahan genting
layaknya uang menjadi alat tukar
menjual rujak dengan wadah piring
piring yang dibuat dari daun lebar
dagangan habis
kakak menghitung laba
aku yang meringis
uang tanpa sisa
Baca juga: Tunggulah Sampai Tanda Waktu Tak Mengabarimu
sambil menutup warung-warungan
kakak menyanyi dengan suara riang
sedang aku berpangku tangan
sebab aku masih punya hutang
ayo berhemat
ayo menabung
bisa dibelikan emas 24 karat
lama-lama juga bisa beli gunung
kakak menyanyi
aku menari
sebelum pergi ke kamar mandi
yang bisa menghentikan kami hanya matahari
Papa tak berani menghardikku kalau ada Pak De
hanya matanya melotot di balik pintu
apalagi kalau ada Bu De
Papa pura-pura tak melihatku
di rumah Pak De aku menjadi punya harapan
matahari terbit cerah sejak pagi
sekalipun hujan
akan terbit pelangi
sekalipun aku tak berbaju baru
gaun bekas dari sepupu
tak akan kalah dengan boneka di toko baju
ketika Pak De bertanya
apakah aku mau sekolah
aku menjawab tanpa ragu
aku ingin jadi guru
aku ingin mengajari anak-anak
agar bisa menyingkirkan onak
ranjau yang dipasang oleh bapak
bisa tumbuh seperti kakak-kakak
Pak De mengatakan
jadi anak jangan pemalas
belajar yang keras
agar tidak tinggal kelas
kalau besar punya pekerjaan yang pas
itu ciri anak bernas
ucapan Pak De seperti mendorongku untuk terbang
tidak seperti ucapan Papa
membuat aku merasa tumbang
menjadi anak yang tak punya daya
menjadi perempuan tiada guna
Baca juga: Jalan Raya Pos, Karya Pram yang Membongkar Praktik Busuk Korupsi
aku tak mengerti,
mengapa Pak De berbeda sama sekali
apa karena anak-anaknya tidak ada yang laki
aku berpikir berkali-kali
sudahlah, aku tak peduli
seperti kata Pak De, sekalipun perempuan aku harus mandiri
di rumah Pak De aku menemukan diri
tidak dibedakan dengan laki-laki
aku seperti lahir ke dunia ini kembali
sekalipun, namaku Mee tak akan berganti.